halaman

Kamis, 28 Juni 2018

Cinta Kasih



Oleh : Cadex Agus Arya Gunawan
Penyuluh Agama Hindu Provinsi Maluku Utara .

Om Swastyastu,    
Bapak  dan ibu dewan juri yang saya hormati, Bapak ibu panita yang saya hormati, bapak dan ibu peserta pemilihan penyuluh agama Hindu teladan tinkat nasinal yang saya hormati.
Atas asung kertawara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, Kita bias berkumpul disini, di tempat ini dalam keadaan sehat tidak kekurangan suatu apapun.
Bapak dan Ibu yang saya hormati , di sini saya akan mencoba berdharma wacana dengan judul Cinta Kasih
Kata cinta kasih berasal dari kata "cinta" dan "kasih". Hal ini merupakan dua pasangan kata dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Secara harfiah kata cinta mengandung pengertian suka sekali, sayang benar, terpikat atau kasih sekali, ingin sekali, berharap sekali, rindu dan kasih sayang. Sedangkan kata "kasih" mengandung pengertian perasaan sayang karena suka atau cinta, juga berarti belas kasihan. Jadi kata cinta kasih ini mengandung pengertian adalah suatu kerinduan yang mendalam atau rasa kasih sayang yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam.
Agama Hindu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu peduli kepada sesamanya, dengan hidup bersama dan saling kasih-mengasihi. Hal ini merupakan kondisi kesadaran atau keinsyaf an yang paling tinggi, yang dituntut kepada setiap umat manusia dalam eksistensi hidupnya di dunia. Karena manusia yang dilahirkan ke dunia merupakan makhluk yang utama dan mulia jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Berdasarkan kelebihan yang dimilikinya, seperti akal budi atau manah, manusia di dalam hidupnya ini, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidupnya ke jenjang yang lebih berkualitas. Manusia di dalam hidupnya, dituntut untuk selalu bereksistensi, dengan hidup selalu saling kasih-mengasihi satu sama lain. Karena dengan sikap demikian, diyakini bahwa hidup kita akan harmonis, damai dan bahagia. Dengan kata lain, bahwa sikap yang demikian akan dapat mengantar setiap umat manusia dalam mencapai tujuan hidupnya di dunia, yaitu jagadhita dan moksa (kebahagiaan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat).
Di dalam kehidupan ini, hidup dalam suasana saling kasih mengasihi merupakan nilai yang tertinggi di dalam kehidupan. Betapa tidak, karena keberadaan kasih tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, dan merupakan bagian dari hidup manusia itu sendiri. Dari sejak kecil manusia sangat membutuhkan rasa kasih. Dan kasih yang pertama yang meresap kepada seseorang sejak kecil adalah kasih ibu. Kemudian setelah dewasa, seseorang juga memerlukan kasih dari orang lain. Setiap orang memerlukan bantuan dari orang lain dan karena itu pula setiap orang memerlukan teman dan ia harus hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan berteman dan hidup saling kasih mengasihi, setiap orang akan merasakan hidup ini lebih berbahagia dan berarti serta lebih kuat. Karena dengan demikian seseorang akan dapat menyandarkan kelemahannya sebagai manusia yang memiliki sifat sangat terbatas. Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian, namun ia harus hidup bersama-sama dengan orang lain. Tanpa demikian, cenderung hidup manusia tidak akan sempurna dan tidak bermakna.
Di dalam Yajur Veda 26.2, disebutkan: "mitrasya ma caksusa sarvani bhutani samiksantam, mitarsya aham caksusa saruani bhutani samikse, mistrasya caksusa samisamahe'", artinya "semoga semua makhluk memandang kami dengan pandangan mata seorang sahabat, semoga kami pandang memandang dengan pandangan mata seorang sahabat". Ajaran ini mengingatkan kepada kita semua, betapa pentingnya hidup dalam suasana kedamaian, dan betapa hal tersebut telah didambakan sejak kehidupan terdahulu dan sampai kita pun tetap juga hal tersebut mendapat porsi yang utama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Jadi, untuk memperoleh kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan, setiap orang harus hidup dalam bersahabat. Hidup dalam bersahabat, setiap orang diharapkan hidup dalam suasana yang saling kasih mengasihi, menjauhi kebencian dan mendambakan kedamaian. Hidup dalam suasana damai adalah dambaan dan tujuan hidup manusia di dunia dan menjadi cita-cita setiap manusia. Tujuan tertinggi manusia menurut agama Hindu adalah kelepasan atau Moksa, tetapi nilai tertinggi di dalam kehidupan ini adalah hidup dalam suasana saling kasih mengasihi. Hal ini patut diinsyafi. Dan keinsyafan tersebut harus dihayati oleh setiap umat manusia dan dilaksa¬nakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk ajaran agama, sehingga tercapai adanya hidup yang selaras, serasi dan seim¬bang, atau hidup yang rukun, tenteram, damai dan bahagia.
Di dalam Upanishad disebutkan : "Brahman Atman Aikhyam", artinya Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) dengan Atman adalah tunggal. Hal ini berarti bahwa setiap jiwa (jivatman) yang ada di dalam setiap makhluk hidup adalah sama atau tunggal. Kesadaran terhadap tunggalnya jivatman semua makhluk hidup ini, kita akan merasakan dengan renungan kebijaksanaan yang dalam, bahwa kita sebenarnya satu dan sama dengan makhluk yang lain. Tuhan yang Maha Kuasa berada di mana-mana dan tunggal atau esa, serta menjadi sumber hidup dari segala ciptaan-Nya yang berpisah-pisah.
Di dalam Chandogya Upanisad disebutkan "Tattwamasi", yang artinya "Dikaulah itu; Dikaulah semua itu; semua makhluk adalah Engkau. Engkau awal mula jiwatman atau roh dan zat (prarti) semua makhluk. Aku ini adalah makhluk yang berasal dari-Mu. Oleh karena  itu jiwatmanku tunggal dengan jiwatman semua makhluk dan Dikau sebagai sumberku dan sumber semua makhluk. Oleh karena itu Aku adalah Engkau; aku adalah Brahman". Dari ajaran Tattwamasi ini timbul pula keinsyafan bahwa kebahagiaan dan penderitaan makhluk lain berarti kebahagiaan dan penderitaan diri kita sendiri; menyiksa orang lain berarti menyiksa diri sendiri, karena jiwatman diri kita sendiri tunggal dengan jiwatman semua orang dan bahkan dengan jiwatman semua makhluk.
Kita sadari, bahwa keberadaan Tattwamasi belum terpatri kuat sebagai bagian yang utuh dalam kehidupan kita. Ajaran itu masih tampak idealis, filosofis dan terbatas pada gerak konsepsi moralitas. Sikap riil tentang komitmen kemanusiaan perlu lebih ditonjolkan tidak saja merujuk pada unsur vertikalisme, yakni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi agar lebih terimplementasi kepada usaha harmonisasi secara horizontal antara sesama ciptaan Tuhan, termasuk di dalamnya keinginan untuk membagi perasaan baik suka maupun duka. Perasaan senasib dan sepenanggungan akan memunculkan suasana kekeluargaan dan keharmonisan dalam berbagai tindakan keseharian kita. Swami Vivekananda, mengatakan : "Pandanglah setiap pria, wanita dan anak-anak sebagai Tuhan, saudara tidak akan mampu menolong siapapun, saudara hanya mampu melayani mereka. Saudara mempunyai kehormatan untuk berbuat demikian. Lakukanlah itu sebagai suatu pemujaan".
Dalam pandangan agama Hindu, melayani orang lain adalah sama nilainya dengan memuja Tuhan. Mengimplementasikan ajaran Tattwamasi dalam kehidupan, yang lebih luas dapat diwujudkan dengan memberikan bantuan-bantuan, baik yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan kepedulian social dengan semboyan "gumawe sukaning rat", artinya menciptakan suasana keharmonisan, kedamaian dan kebahagiaan masyarakat. Berkait dengan itulah, maka yang penting sekali di dalam hidup ini, kita harus mampu mengamalkan ajaran Tattwamasi itu ke dalam bentuk perbuatan yang nyata, dengan membantu orang yang terkena musibah, baik dengan tenaga maupun dengan pikiran, termasuk dengan materi, bahkan dengan pengorbanan jiwa dan raga.
Aktualisasi ajaran Tattwamasi ini kita terapkan ke dalam bentuk Tri Kaya Parisudha, yang diterapkan dalam setiap saat kepada orang lain ketika mereka memerlukan uluran tangan berupa bantuan atau pertolongan yang bisa kita lakukan seperti menolong saudara-saudara kita yang terkena musibah bencana alam. Hal inilah yang penting kita lakukan melalui ajaran Tattivamasi ini diaktualisasikan ke dalam perbuatan-perbuatan nyata. "Cintailah sesama manusia seperti engkau mencintai dirimu sendiri, perlakukanlah kepadanya seperti yangengkau inginkan untuk dirimu sendiri".
Ajaran Tattwamasi ini mengakui dan menghormati sesama manusia sebagai pribadi atau sebagai personal. Misalnya, dalam sebuah pertolongan, sebenarnya tidak ada suatu egoisme', yaitu memperalat orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Karena demikian, Tattwamasi yang terimple-mentasikan ke dalam suasana saling kasih mengasihi bukanlah untuk meminta atau mengharapkan sesuatu sebagai balasannya. Orang bertat-twamasi, tidak pernah merasa bahwa ia telah pernah memberikan sesuatu kepada orang lain. Hakikat dari eksistensi manusia adalah melaksanakan Tattwamasi tersebut dengan hidup dan memandang dunia beserta segala isinya ini dengan saling kasih mengasihi bukanlah untuk meminta atau mengharapkan sesuatu sebagai balasannya. Orang yang bertattwamasi, idak pernah merasa bahwa ia telah pernah memberikan sesuatu kepada orang lain.
Hakikat dari eksistensi manusia adalah melaksanakan Tattwamasi tersebut dengan hidup dan mamandang dunia beserta segala isinya ini dengan saling mengasihi. Di dalam kitab Sarasamus-caya disebutkan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih utama dari hidup, hanya hidup yang bernilai tinggi di dunia, oleh karenanya hendaklah orang senantiasa menunjukkan cinta kasihnya sebagai cinta kasihnya terhadap dirinya; demikianlah semestinya cinta kasih itu yang harus dilakukan kepada setiap orang.
Demikian Dharma Wacana ini saya sampaikan mudah- mudahan bermanfaat, kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
Om Santih, Santih , Santih Om.
  




Sumber video : https://www.youtube.com/watch?v=z9j1b_ku4K4